Agustus, 2019.

Aku benci kita menjadi asing.
Aku benci, ketika dihadapkan pada kebingungan bagaimana seharusnya menyapamu pagi ini.

Aku benci kita menjadi sekedar.
Aku benci, ketika dihantui rasa takut hanya perihal meminta pulang bersama.

Aku benci kita menjadi berjarak.
Aku benci, ketika disekiankan dengan seseorang yang selalu aku nomor satukan.

Bagaimana harus memulai kembali?
Sedang kamu ingin memendam sendiri.

Kamu mau aku seperti apa?
Mau aku yang bagaimana?
Aku menghilangkan ego habis-habisan untukmu, tetapi kamu pergi dengan tetap mempertahankan ego yang kamu punya.

Apa menelanjangi kondisiku sendiri justru yang buatmu pergi?
Padahal kamu sendiri yang bilang, ceritakan semua, aku selalu di sini, tidak akan berubah.

Tidak bisa kah aku juga dapat kesempatan yang sama?
Kesempatan untuk selalu ada dengarkan ceritamu tentang apa saja?

Sebegitu teledor dan bodohnya kah aku sampai tidak kamu beri kesempatan itu sekarang?
Atau sebegitu naifnya aku, yang berharap lebih pada seseorang yang justru tidak berharap banyak padaku?

Mungkin, ini adalah perasaan kecewaku yang paling dalam setelah sekian lama kita bersama.
Setelah dulu kamu bilang rindu dia. Setelah dulu kamu bilang untuk menikah denganku segera. Dan yang terakhir, setelah kamu bilang terbesit dipikiranmu ingin mencari pelarian untuk teman bercerita.

Apa aku makin tidak memiliki nilai apa-apa dimatamu?
Aku, apa aku masih ada di doa panjangmu?
Apa masih ada aku dalam setiap rencana hidupmu?
Apa masih ada aku, yang kamu semogakan untuk hidup bersama hingga senja?

Kamu tahu, sakit sekali rasanya ketika ia yang kamu percaya dengan sebegitunya,
Ketika ia yang kamu nomor satukan di atas segalanya,
Justru ia yang tidak percaya kamu bisa memikul duka bersama.

Ia yang kamu yakini bisa menguatkanmu,
Membuatmu merasa baik-baik saja,
Justru ia yang tidak percaya kamu dan merasa baik-baik saja jika kamu tidak ada.

Dan itu rasa sakit yang aku rasa,
Sampai detik ini,
Mungkin sampai kamu membaca tulisan ini kelak.

Aku tidak tahu,
Apakah yang aku semogakan juga kamu semogakan.

Aku berdoa,
Agar kamu selalu sehat, selalu kuat pada kondisi apapun.

Aku berdoa,
Agar kamu cepat membuka pintu lagi.
Membiarkan aku,
Si penghuni yang mungkin akan segera mati di luar sini.

Komentar