Resah #2

I knew I loved you then
But you'd never know
'Cause I played it cool when I was scared of letting go
I know I needed you
But I never showed
But I wanna stay with you until we're grey and old
Just say you won't let go
Just say you won't let go


Aku berusaha mendengarkan lagu kiriman dari seorang sahabat yang kini menjadi pacarku. Ini adalah lagu pertama yang ia kirimkan lepas beberapa minggu kami memutuskan untuk lebih serius berhubungan. Harus kuakui, lirik lagu James Arthur berjudul Say You Won't Let Go ini berhasil membuatku tersenyum di tengah hiruk pikuk kantin sore itu. Dan percaya atau tidak, bahkan setelah hampir 2 tahun kami menjalin kedekatan, memori itu masih terputar dengan sangat jelas setiap aku mendengarkan kembali lagu tersebut, bahkan jika hanya mendengar di supermarket dan cuma bagian reff saja.

Bahkan, lagu ini pun semacam penguat untukku. Baik dikala rindu yang tak berujung temu, pun karena kekhawatiranku akan hal-hal yang seharusnya bisa untuk ku hiraukan. Atau sebagai pengingat, untuk apa dan sudah sejauh mana hubungan kami berjalan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selang beberapa hari aku berobat, aku mulai memikirkan. "Sudah sampai sejauh ini, apalagi yang perlu ditunggu? Jika masalahnya adalah karena kita yang belum lebih baik dari kemarin. Apakah selama ini, kita masih belum memprioritaskan kita?"

Aku sadar akan sesuatu, mungkin ini alasan semesta belum menunjukkan caranya menyatukan kami dalam ikatan yang lebih serius. Bukan karena semesta tak ingin. Sepertinya, semesta tidak lagi melihat kita berjuang seperti diawal. Tidak mengesampingkan prioritas ini dengan berbagai prioritas lainnya.

"Menikah itu penting, bukan yang penting menikah" salah satu kalimat penguat hubungan kami, agar tidak salah langkah. Agar mempersiapkan semuanya dengan baik. Agar kegagalan yang pernah kami dengar baik dari cerita fiksi pun pengalaman pribadi bisa kami minimalisir untuk kami jalani berdua nanti.

Lantas, jika sudah belajar sampai sejauh itu. Ibarat teori sampai tengah semester sudah dilahap sudah waktunya masuk pada bagian praktek bukan? Terlalu banyak teoripun, nyatanya pasti akan berbeda jika kita tidak mempraktekkannya secara langsung. Lalu, kapan kita bisa memulai praktek itu?

Katamu, bagaimana cara kita nanti menyeimbangkan kedua keluarga, bagaimana caraku mulai berkenalan dengan kedua orang tuamu dan bagaimana kita bisa menyatukan itu semua adalah salah satu target yang harus kita capai. Bukan kah target memiliki batas waktu? Haruskah aku yang menanyakan, kapan waktu target itu berakhir agar aku juga tahu sampai kapan harus menunggu?

Aku bisa menunggu, tetapi akan lebih menenangkan rasanya jika aku bisa tahu kapan pastinya waktu itu tiba. Aku tidak bilang aku lelah menunggu, aku hanya ingin lebih pasti, lebih yakin, bahwa aku masih tetap diperjuangkan. Bahwa masih ada kita yang menjadi prioritas dari semua target yang akan kamu capai. 

Komentar